Akademisi Pro Genosida Israel Bebas Bicara di Universitas Indonesia

Foto:"Berkowitz telah menulis banyak artikel yang mendukung genosida Israel di Palestina, ia juga berulang kali melalui tulisannya di media massa menyerang mahasiswa di Universitas Oxford dan Harvard karena mengutuk Israel dan mendukung Palestina.."(sc/X/kztrt)

Removesrael – Universitas Indonesia (UI) mengundang Peter Berkowitz; seorang Zionis dan pembela Genosida Israel, sebagai pembicara pada Orientasi Program Pascasarjana UI 2025 pada Sabtu, 23 Agustus 2025.

Berkowitz telah menulis banyak artikel yang mendukung genosida di Palestina dan juga pernah menjabat sebagai Direktur Perencanaan Kebijakan Trump

Selama orientasi, Berkowitz menyampaikan orasi berjudul “Pendidikan untuk Kebebasan dan Demokrasi” padahal dia berulang kali melalui tulisannya di media massa menyerang mahasiswa di Universitas Oxford dan Harvard karena mengutuk Israel dan mendukung Palestina.

Peter Berkowitz memang dikenal sebagai akademisi pro-Israel. Akademisi yang kini menjabat sebagai Tad and Dianne Taube Senior Fellow di Hoover Institution, Stanford University, itu dikenal bukan hanya sebagai pakar filsafat politik, tetapi juga sebagai salah satu suara paling lantang yang membela Israel di kancah akademik dan media internasional.

Kecaman terhadap Mahkamah Pidana Internasional (ICC) pun kerap ia lontarkan, menyebut lembaga itu bias dan mengabaikan agresi Hamas. Dalam esai lain, Berkowitz mendorong Israel menyiapkan strategi “the day after” di Gaza. Gagasan ini sekilas berorientasi pada stabilitas, tetapi kritik muncul karena lebih menekankan pada kepentingan strategis Israel ketimbang hak-hak rakyat Palestina untuk menentukan nasib sendiri.

Serangkaian publikasi ini memperlihatkan benang merah pemikiran Berkowitz: Israel selalu diposisikan sebagai pihak yang sah dalam membela diri, sementara tuduhan kejahatan perang dianggap tidak berdasar. Posisi tersebut, bagi banyak pengamat, menggambarkan agenda pro-Zionis yang kuat.

Meski mengeklaim berpijak pada prinsip hukum perang dan etika politik, kritik muncul bahwa Berkowitz kerap mengabaikan kompleksitas realitas di lapangan. Narasi just war yang ia bangun bisa jadi lebih merefleksikan pembenaran politik ketimbang evaluasi etis yang seimbang.

Latar belakang ini yang kemudian membuat netizen Indonesia bereaksi keras. Apalagi Indonesia memiliki sikap politik yang jelas mengenai tragedi Palestina dan Gaza pada khususnya.

Sumber: Berita Satu

Posting Komentar

0 Komentar